Health Mental

           Sebelum membahas tentang kesehatan mental, kita perlu memahami pengertian dari sehat itu sendiri. Sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah: A state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease or infirmity (WHO, 2001). WHO memberikan pengertian tentang sehat sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial yang lengkap sejahtera dan tidak semata-mata karena tidak adanya penyakit atau kelemahan. Definisi ini semakin menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan bagian dari kesehatan. Kesehatan mental juga sangat berhubungan dengan kesehatan fisik dan perilaku. WHO lalu memberikan pengertian tentang kesehatan mental sebagai: A state of well-being in which the individual realizes his or her own abilities, can cope with normal stresses of life, can work productively and fruitfully, and is able to make a contribution to his or her community (WHO, 2001). Kesehatan mental merupakan kondisi dimana individu memiliki kesejahteraan yang tampak dari dirinya yang mampu menyadari potensinya sendiri, memiliki kemampuan untuk mengatasi tekanan hidup normal pada berbagai situasi dalam kehidupan, mampu bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta mampu memberikan kontribusi kepada komunitasnya. Mengutip dari jargon yang digunakan oleh WHO, “there is no health without mental health” menandakan bahwa kesehatan mental perlu dipandang sebagai sesuatu yang penting sama seperti kesehatan fisik. Mengenali bahwa kesehatan merupakan kondisi yang seimbang antara diri sendiri, orang lain dan lingkungan membantu masyarakat dan individu memahami bagaimana menjaga dan meningkatkannya (WHO, 2004). 

                Kesehatan mental memiliki hubungan yang bersifat kontinum. Kesehatan mental dan mental illness ditentukan oleh berbagai faktor biologis, psikologis serta sosial, seperti kesehatan dan penyakit pada umumnya. Jika dilihat dari kontinumnya, kesehatan mental yang tidak diperhatikan dapat berkembang menjadi mental illness. Keadaan ini relatif menetap namun dapat berubah seiring waktu ataupun situasi yang dialami individu.

a. Positive Mental Health Individu yang sehat mental atau memiliki positive mental health mampu menghadapi berbagai situasi dalam kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Individu menunjukkan kesejahteraan dan merasakan kebahagiaan. Salah satu ciri individu yang sehat mental adalah memiliki resiliensi. Resiliensi didefinisikan sebagai proses dinamis dimana individu menunjukkan fungsi adaptif dalam menghadapi kesulitan yang signifikan (Luthar et al., 2000 dalam Schoon, 2006). Resiliensi merupakan kapasitas untuk mengatasi kesulitan dan menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup. Resiliensi erat kaitannya dengan kemampuan dalam menyesuaikan diri. Ketika individu mampu menyesuaikan diri, mampu mengatasi kesulitan dan bangkit dari kesulitannya, mereka dianggap memiliki resiliensi.

b. Mental Health Problem Mental health problem mengganggu cara seseorang berpikir, merasa dan berperilaku (Dunn, 2016). Bedanya, tingkatan terganggunya lebih rendah dibanding mental illness. Mental health problem lebih umum dan dapat dialami dalam waktu sementara sebagai reaksi terhadap tekanan hidup. Mental health problem memang lebih ringan dibanding mental illness, tetapi masalah ini mungkin berkembang menjadi mental illness jika tidak ditangani secara efektif. Mental health problem dapat muncul dari berbagai aspek, seperti emosi, perilaku, atensi, serta regulasi diri. Mengalami kekerasan di masa kecil, merasa terasing dari lingkungan, kehilangan orang yang dicintai, stress yang berkepanjangan, kehilangan pekerjaan, penyalahgunaan obat-obatan adalah beberapa contoh faktor yang dapat memicu seseorang memiliki mental health problem. Teknik perawatan diri dan perubahan gaya hidup umumnya dapat membantu mengelola gejala mental health problem dan memiliki kemungkinan mencegah beberapa masalah berkembang menjadi lebih buruk. Mencari dukungan dari teman, menjaga kesehatan fisik, dan melakukan berbagai aktivitas yang baik untuk kesehatan mental adalah beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi mental health problem. 

            Berbagai jenis kegiatan penting penunjang keberhasilan program, yaitu: mengenali dampak krisis, konflik, atau bencana terhadap keadaan psikologis manusia yang dibuat suatu bagan pemetaan trauma yang sederhana, menekankan perhatian pada kelompok rentan terkena resiko trauma, serta melakukan pendekatan individual pendukung, seperti pelatihan pendamping 142 Kesehatan Mental (keterampilan dasar bantuan psikologis), atau pelatihan mengatasi burn-out pada pendamping. Beberapa hal penting dalam merancang program psikososial untuk komunitas adalah menciptakan database untuk pendamping di masa krisis, untuk keperluan membantu pengembangan programprogram psikososial di masa mendatang; adanya sistem rujukan pada profesional kesehatan mental; mengidentifikasikan faktor-faktor kebudayaan dan nilai dalam komunitas untuk dapat meningkatkan pemulihan dan ketangguhan atau resiliensi komunitas; meneliti peran spiritualitas dalam pemulihan; adanya sistem berlapisberjenjang dari komunitas, pendamping komunitas, sampai terapis atau profesional kesehatan mental; menyeleksi pelatih komunitas dan pendamping; tokoh masyarakat; di bawah supervisi reguler; tidak meminta imbalan untuk jasa pendampingan; ada sertifikasi pengakuan atau kehadiran sehingga tidak dapat digunakan untuk kerja profesional atau disalahgunakan; ada sistem penguatan pendamping dan pendamping dibantu melanjutkan pendidikan. Kebutuhan personel untuk suatu program pendampingan, yaitu: memobilitasi profesional kesehatan mental, merekrut pelatih untuk pendaping komunitas, merekrut pendamping komunitas, tim untuk melakukan assessment, dan tim untuk menangani tugas-tugas administrasi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini